Senin, 30 Januari 2023

Kiat Menulis Cerita Fiksi

 

Resume Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 28 Pertemuan Ke-10

Tanggal           : 30 Januari 2023

Tema               : Kiat Menulis Cerita Fiksi

Narasumber     : Sudomo, S.Pt

Moderator       : Bambang Purwanto, S.Kom.Gr

 


Kegiatan Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombangg ke-28 pada pertemuan ke-10 kali ini mengangkat tema “Kiat Menulis Cerita Fiksi”. Materi disampaikan oleh Bapak Sudomo, S.Pt seorang guru IPA di SMP Negeri 3 Lingsar. Beliau merupakan Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat lulusan Program Guru Penggerak Angkatan 2. Telah banyak buku yang  beliau tulis, terutama buku fiksi, diantaranya buku ‘Di penghujung Pelukan’, ‘Pahlawan Antikorupsi: Sudah Adil, kok!’, dan lain-lain. Profil lengkap beliau bisa dibawa melalui https://s.id/ProfilSudomoSPt. Beliau menceritakan hidupnya melalui gaya fiksi yang sungguh menarik dan membuat penasaran.

 

Pada kegiatan malam ini beliau membagi kegiatan dengan menggunakan alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, dan Aksi Nyata, lebih lengkapnya kegiatannya sebagai berikut:

1.   Mulai dari Diri

Pada alur ini peserta diminta untuk membagikan pengalaman dalam menulis cerita fiksi, pengalaman mengalami kendala memulai menulis cerita fiksi, tantangan yang dihadapi saat menulis cerita fiksi, atau pengalaman telah menerbitkan buku fiksi. Berikut cuplikan dari salah satu peserta KBMN :


2.   Eksplorasi Konsep

Pada alur ini peserta dipersilakan mempelajari secara mandiri materi yang telah disiapkan dalam bentuk cerita pendek yaitu melalui link https://s.id/MateriSudomo. Dalam cerita pendek tersebut disebutkan bahwa alasan mengapa harus menulis cerita fiksi bagi guru antara lain : akan memudahkan guru dalam membuat soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) aspek literasi teks fiksi sebagai latihan;  sebagai upaya menyembuhkan dan menyembunyikan diri; dan sebagai jalan mengeksplorasi dan menemukan passion dalam menulis.


Selanjutnya dalam cerpen tersebut diceritakan bahwa syarat pertama agar bisa menulis fiksi adalah komitmen dan niat kuat untuk menulis, kemauan dan kemampuan melakukan riset, membaca karya fiksi orang lain untuk memperoleh gambaran tentang teknik kepenulisan, gaya bahasa, dan menambah kosa kata. Selanjutnya disebutkan bahwa bentuk-bentuk cerita fiksi meliputi cerpen, novelet, novela, novel, fiksimini, flash fiction, dan pentigraf. Fiksimini adalah fiksi singkat yang hanya terdiri dari beberapa kata saja. Berikut adalah contoh fiksimini yang terkenal For sale: baby shoes, never worn. Ernest Hemingway. flash fiction, yaitu cerita kilat dengan kekhususan jumlah kata. Biasanya mengandung plot twist.

 

Unsur pembangun dalam cerita fiksi yaitu tema, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang, dan premis. Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. Contoh premis: Seorang anak yang berjuang melawan penyihir jahat demi kedamaian dunia. Itu adalah premis dari novel Harry Potter. Kekuatan premis adalah mampu menggambarkan novel yang tebal hanya dalam satu kalimat saja. Premis mengandung unsur, yaitu tokoh, tantangan, tujuan tokoh, dan resolusi.

 

Tips menulis fiksi menurut Bapak Sudomo, S.Pt dalam cerpennya adalah :

a.       niat untuk menulis, yaitu motivasi diri untuk memulai dan menyelesaikan tulisan.

b.      membaca karya fiksi orang lain sebagai referensi.

c.       terkait dengan ide yang bisa ditemukan melalui imajinasi dan mengasah kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

d.      terkait genre cerita bisa memilih yang disukai dan dikuasai.

e.       membuat outline atau kerangka cerita berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi, tujuannya adalah agar cerita tidak melebar ke mana-mana

 

3.   Ruang Kolaborasi.

Pada alur ini beliau berikan beberapa kalimat untuk lanjutkan sendiri menjadi satu paragraf di dalam resume, yaitu :

Perlahan suara-suara itu menghilang. Dalam gulita aku menggigil sendirian. Mendadak bulu kudukku meremang. Terdengar suara di kejauhan. Semakin lama kian mendekat. “Man Robbuka?” tanya suara itu dengan keras dan tegas. “Man Robbuka?” ia ulangi pertanyaannya sampai tiga kali. Aku terkejut dan tidak bisa berkata-kata, bibir ini kelu untuk menjawab. Aku binggung atas jawaban dari pertanyaan itu, aku linglung diam seribu kata. Ingatanku aku kumpulkan, namun tak jua kutemukan jawabnya. Suara itu membentak kuat, “jawab pertanyaanku!” semakin aku gemetar dan takut, wajahnya semakin tidak bersahabat. Andai dulu aku belajar, mungkin aku bisa menjawb pertanyaan sederhana itu, sesalku kemudian.

 

4.   Demonstrasi Kontekstual

Pada alur ini peserta diminta menuliskan 5 tema yang paling disukai dan dikuasai, misalkan tema : Gita Cinta Masa Sekolah, Hikmah Dibalik Musibah, Cerita Keluarga, Andai Aku Bisa, dan Suka Duka Seorang Guru    

 

5.   Elaborasi pemahaman

Pada alur ini akan dilakukan tanya jawab terkait materi yang telah disampaikan. Setelah penyampaian materi yang berbeda dengan narasumber sebelumnya yaitu materi dikemas dengan cerita fiksi, pada kesempatan kali ini terdapat 10 pertanyaan yang dibahas, diantaranya adalah :

 

P1

Saya Evridus Mangung, Peserta KBMN 28. cerita fiksi adalah cerita yang didominasi oleh daya imajinasi pengarang. Pertanyaan adalah adakah latihan khusus agar daya imajinasi penulis benar-benar bisa bekerja optimal dalam menyusun sebuah karya fiksi?

Jawab:

Pertanyaan yang luar biasa. Saya pribadi tidak pernah melakukan latihan khusus. Latihan khususnya adalah dengan terus konsisten menulis. Konsistensi ini akan membuat seorang penulis terbiasa nyaman menulis dalam kondisi apa pun.

 

P10

Assalamualaikum.

Saya Rosjida Ambawani dari Ciamis.

Ingin bertanya :

1. Bolehkah dalam 1 cerita fiksi menggunakan kombinasi jenis alur/plotnya? Misal saat awal cerita menggunakan alur mundur (flashback) lalu menggunakan alur maju?

2. Apa syarat atau ketentuan Premis? Dan di cerita fiksi ditempatkan di bawah judul?

Sekian. Terima kasih

Jawab :

Walaikumsalam, Bu Rosjida.

1. Boleh

2. Syarat premis memenuhi unsur-unsur, yaitu tokoh, tujuan tokoh, tantangan, dan resolusi. Tidak perlu dituliskan di bawah judul, Bu. Premis adalah garis besar cerita yang akan tulis.

 

6.   Koneksi Antarmateri

Pada alur belajar ini peserta diajak menuliskan kesimpulan dari materi. Kesimpulan saya belajar malam ini adalah cara menulis cerita fiksipun sama dengan menulis cerita nonfiksi pada materi sebelumnya, membutuhkan niat, komitmen, dan konsistensi yang tinggi untuk bisa melakukannya. Banyak membaca meningkatkan keterampilan kita dalam menulis. Mulailah menulis dan selesaikan, jangan lupa membuat outline atau kerangka gagasan.

 

7.   Aksi Nyata

Pada alur belajar ini, yaitu terkait dengan penerapan materi malam ini dalam bentuk tulisan, yaitu resume hasil belajar. Peserta diminta membuat resume hasil belajar malam ini di blog masing-masing. Dan ini lah bentuk resume dari saya pribadi.

Kesimpulan akhir dari saya adalah saya harus benar-benar membaca ulang materi ini, karena saya bukan orang yang suka menulis fiksi. Suatu kesempatan nanti saya harus membuat tulisan fiksi dengan rutin juga. Terimakasih Bapak Sudomo, S.Pt atas materi yang luar biasa pada kesempatan kali ini, semoga mengugah saya pribadi untuk memulai menulis buku fiksi. Salam Literasi.

Minggu, 29 Januari 2023

Menumbuhkan Budaya Digital di Sekolah Melalui Program Tech in Person-Google


 

Masa pandemi memaksa kita untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Dengan segala keterbatasan kita harus tetap melakukan proses belajar mengajar yang efektif. Berbagai cara dilakukan oleh guru sesuai dengan kreatifitasnya masing-masing. Kerjasama Kemendikbud dan  Google telah memberikan fasilitas yang luar biasa, yaitu akun belajar.id dengan fitur-fitur premium yang dapat digunakan untuk optimalisasi pembelajaran. Fitur-fitur Google ini dihadirkan untuk menjawab kegelisahan para pendidik mewujudkan pembelajaran efektif dan bermakna.


Pembelajaran pasca pandemi sudah kita lakukan, apakah pembelajaran akan kita lakukan seperti sebelum pandemi? Sepertinya tidak bisa sepenuhnya kita lakukan. Kenapa? Hal yang paling pokok dan sangat terasa adalah peserta didik jelas sudah terbiasa menggunaan smartphone. Dan ketergantungan terhadap smartphone sungguh sangat luar biasa, peserta didik tidak bisa lepas dari smartphone mereka, baik di rumah maupun di sekolah. Ketika sekolah melarang anak membawa hp ke sekolah, maka hal itu tidak akan efektif, anak akan tetap mencuri-curi kesempatan untuk membawa bahkan menggunakan di sekolah.


Jaman sudah berganti pasca pandemi, seharusnya pendidik memahami hal itu, langkah bijaksananya adalah memanfaatkan smartphone yang peserta didik punyai untuk mengoptimalkan pembelajaran. Memenuhi ruang memori hp peserta didik dengan aplikasi yang edukatif. Memperkenalkan konten-konten positif kepada peserta didik sehingga diharapkan hp mereka tidak untuk aplikasi yang unfaedah atau konten-konten negatif yang banyak muncul di layer mereka.


Dengan Google Workspace for Education dan fitur-fitur premiumnya, pembelajaran akan lebih powerfull dan interaktif. Pembelajaran tidak terbatas ruang dan waktu, dunia bisa kita eksplore lebih jauh dan waktu belajar kita bisa lebih panjang dari sekedar pembelajaran di kelas tradisional, bahkan seharusnya ruang kelas adalah ruang diskusi saling bertukar pikiran dan berbagi pengalaman bukan sekedar penyampaian materi apalagi kalau hanya penyampaian materi satu arah. Classroom memudahkan dalam penyampaian materi dengan memfasilitasi banyak gaya belajar, sehingga peserta didik dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Dengan menggunakan Google Docs menjadikan diskusi dan kolaborasi lebih realtime dan interaktif. Slide membantu membuat tugas presentasi, mengasah komunikasi lebih hidup dan kolaboratif karena semua peserta didik dapat memberikan kontribusi yang maksimal. Pun Google spreadsheet akan membantu dalam mengkomunikasikan tugas dan penilaian yang telah dilakukan. Selain itu penilaian juga akan semakin menarik dengan Google form. Agar pembelajaran tetap dapat dilakukan di luar jam pembelajaran atau tidak adanya tatapmuka dengan guru, dikarenakan guru sedang tugas keluar, peserta didik dapat belajar menggunakan meet atau youtube.



Oleh karena itu, pendidik harus memanfaatkan secara optimal Google Workspace for Education ini untuk pembelajaran tatapmuka di kelas tradisionalnya dengan mengikuti program Tech in Person yang diadakan RefoIndonesia. Program ini merupakan rangkaian kegiatan Google dan Refo sebagai partner Google untuk melatih guru-guru mengoptimalkan akun belajar.id dalam pembelajaran. Sedangkan kegiatan Tech in Person bertujuan untuk memanfaatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran dengan lingkup yang lebih luas yaitu lingkup sekolah, Bersama-sama guru-guru penggerak dalam sekolah untuk menggunakan akun belajar.id sekaligus memanfaatkan sarana sekolah yang mendukung penggunaan TIK di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, butuh tim yang akan memulai dan melaksanakan yaitu guru-guru yang mau berkomitmen untuk memajukan sekolah. “Jika kita ingin pergi dekat kita bisa pergi sendiri, namun jika kita ingin pergi jauh kita harus pergi bersama-sama” begitu penuturan Steven Sutantro dalam kegiatan sinkronus Program Tech in Person (28/01/2023).    


Langkah selanjutnya adalah melakukan aktivasi akun belajar.id. Kini sekolah dapat melakukan pengajuan akun secara mandiri oleh admin sekolah, sehingga semua peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan akan memiliki akun belajar.id. Penggunaan akun belajar.id itu lebih aman terutama untuk anak-anak, hal itu terjadi karena akun belajar.id berbeda dengan akun gmail pribadi, diantaranya :

  1. Fitur browser tidak ada iklan dan fokus pada pembelajaran karena akan difilter menggunakan safesearch on.
  2. Fitur Meet dapat nonstop dua minggu tanpa dimatikan.
  3. Fitur Email bebas iklan dan lebih aman.
  4. Fitur Drive dilengkapi dengan drive bersama untuk kolaborasi
  5. Fitur Classroom dilengkapi dengan impor nilai dari Google Form sehingga guru tidak harus input data kembali dari hasil form. Dalam Classroom juga bisa melibatkan orang tua untuk mengontrol pembelajaran siswa.

 

Pemanfaatan akun belajar.id tidak sekedar aktivasi saja, tetapi lanjutkan dengan memulai perubahan bersama guru. Misalkan berkolaborasi dalam drive bersama, menggunakan drive bersama untuk menyelesaikan tugas administrasi sekolah secara bersama-sama. Kemudian melakukan pengelolaan kelas di dalam Google Classroom. Selain melakukan perubahan bersama guru juga harus dilakukan perubahan bersama siswa. Guru membuat classroom dan mempraktikkan bersama siswanya misalnya satu mapel/ kelas untuk satu classroom, membagikan materi dalam classroom, membagikan tugas serta membuat tugas kelompok. Pemanfaatan akun belajar.id bersama dapat dilakukan dengan membuat jadwal pertemuan di Calender, melakukan presentasi dengan Meet, melakukan differensiasi pembelajaran melalui hiper docs, serta membuat media pembelajaran secara bersama-sama.

 

Keberhasilan program ini tidak terletak pada sarana dan prasarana yang dimiliki, tetapi terletak pada kemauan untuk melakukan-take in action. Kendala yang dihadapi jelas banyak sekali tapi hal itu bukan untuk diperdebatkan atau dijadikan alasan untuk tidak berkembang. Mulai dari apa yang kita bisa, mulai dari apa yang kita punya, tidak perlu menunggu semua fasilitas tersedia. Jika kita sudah mulai meniatkan dengan yang baik, maka insyaallah akan dipermudah langkah selanjutnya. Terkadang banyak yang beralasan bahwa laptop sudah tidak support atau lemot. Atas permasalahan tersebut Google menawarkan alternatif penyelesaian masalah, yaitu dengan menginstall Chrome OS Flex. Dengan system operasi berbasis chrome maka computer atau laptop tidka perlu install antivirus, tidak perlu beli/ update OS dan tidak perlu beli software bajakan. Selain itu juga mengurangi biaya perangkat baru, mengurangi biaya pengelolaan perangkat, dan mengurangi biaya lisensi.

Pembelajaran era digital harus kita sambut dengan baik dan persiapan yang matang. Memiliki mindset untuk berkembang, menerima perubahan, dan ikut andil dalam melakukan perubahan. Mempersiapkan kemampuan TIK dan terus belajar hal-hal baru, mempersiapkan peserta didik untuk survive hidup pada masa sepuluh tahun kedepan. Semangat menyambut perubahan terus belajar dan berlatih.

 

 


Jumat, 27 Januari 2023

Menulis Layaknya Ngemil

 

Resume Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 28 Pertemuan Ke-9

Tanggal           : 27 Januari 2023

Tema               : Menulis itu mudah

Narasumber     : Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I

Moderator       : Lely Suryani, S.Pd.SD



Pertemuan ke-9 kali ini tema yang diangkat sangat menarik yaitu “Menulis itu Mudah” sangat membuat penasaran peserta, bagaimana ya cara menulis yang mudah itu? Narasumber  yang akan menyampaikan pun ditunggu-tunggu semua peserta yaitu Bapak Prof. Dr. Ngainun Naim. Beliau adalah seorang Dosen IAIN Tulungagung yang tinggal di Trenggalek, Jawa Timur. Karyanya luar biasa sangat banyak, terdapat 47 buku yang sudah diterbitkan serta ratusan artikel dan jurnal.

 

Bagaimana caranya agar menulis itu bisa menjadi kebiasaan yang dengan mudah bisa kita lakukan, bagai kita ngemil disela-sela waktu, sebagai media untuk istirahat, menulis tanpa beban dan mengalir deras dengan bebas? Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan menurut Prof. Dr. Ngainun naim, M.H.I :

(1)   Menulislah hal-hal sederhana yang kita alami

Pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami. Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan. Jangan takut salah atau jelek, tapi takutlah jika tidak menulis hari ini.

(2)   Jangan menulis sambil dibaca lalu diedit.

Ketika menulis sambil dibaca berulang-ulang kemudian sudah berpikir untuk mengedit maka itu akan menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer jangan dibaca dulu. Cari suasana psikologis yang berbeda. Cermati kalimat demi kalimat tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki tulisan dan ejaan. Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, selalu dibaca ulang. Prinsipnya sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan penulis karena tulisan kita adalah jejak kita

(3)   Menulis tentang perjalanan

Ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat karena kita sering melakukan perjalanan dan kita alami sendiri.

(4)   Menulis secara ngemil, sedikit demi sedikit

Misalkan seperti yang dilakukan Prof Naim, setiap hari menulis beberapa jenis tulisan. Untuk blog atau Kompasiana, menarget 3-5 paragraf/ hari. Untuk artikel jurnal, menarget 1 paragraf/ hari. Pagi menulis artikel jurnal 1 paragraf, sampai di kantor menulis untuk blog 1-2 paragraf. Ingat lakukan setiap hari secara konsisten.

 

Sesi pemaparan materi sampai pada Langkah keempat, untuk selanjutnya adalah sesi tanya jawab. Kali ini Prof Naim menyelesaikan 29 pertanyaan yang diajukan oleh peserta, diantaranya :

 

P1

Mau tanya Bu, saya Dewi dari Seruyan Kalteng. Kadang banyak orang yang menganggap menulis itu susah dengan barbagai macam alasan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan keyakinan kpd mareka bahwa menulis itu sebenarnya tidak susah? Sehingga kita bisa mengajak orang2 disekitar kita juga menyukai literasi terutama menulis ini. Apakah ada contoh penulisan jurnal? Terimakasih

 

Jawab :

Baik. Pertanyaan menarik dari Bu Dewi di Kalteng. Saya sejauh ini berpikir terbalik. Saya mewajibkan diri saya terus menulis. Orang lain itu tidak saya paksa untuk menulis. Jika saya menjadi teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti. Sejauh ini saya memiliki banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari. Ya, setiap hari. Contoh penulisan jurnal: ada. https://www.spirit-literasi.id/2022/08/menulis-penelitian-dan-artikel-jurnal.html. Dan https://scholar.google.co.id/citations?user=SbPI0fkAAAAJ&hl=id&oi=ao

 

P2

Nama: Evridus Mangung- dari NTT P1. Menulislah hal-hal sederhana. Ini pernyataan yang keren dari narsum malam ini. Pertanyaannya adalah bagaimana cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea awal. Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya. Hal ini terjadi di awal-awal sebelum menulis pargaraf pertama dalam tulisan.

Jawab :

Terima kasih. Saya cukup sering membaca puisi beliau. Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya ya ditulis. Bisa dilihat dari blog saya. Saya selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Kata salah seorang penulis: cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan.

 

P5

Pertanyaan dari Teguh Wiyono bekasi

Jika menyimak paparan prof. Sepertinya menulis itu memang mudah.

Namun sering kali, kita terjebak dengan ego kita.. masa tulisan yang diangkat  cuma kayak gitu..bagaimana menyikapi hal ini prof?

Lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. Saya juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, saya mengabaikan itu. Pokoknya saya menulis saja. Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. Saya sampai sekarang masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis?

 

P15

Nama : Nurmiati dari Temanggung

Pada pemaparan materi yang telah disampaikan Prof kita pada awalnya menulis bebas saja, Pertanyaannya saya (1) kapan kita harus mengutip karya orang lain? bagaimana tips mengutip karya orang lain? (2) Bagaimana mensiasati buku rujukan harus yang terbaru, sedangkan buku cetak terbitan lama? Terimakasih atas jawabannya Prof

Jawab :

Kalau ini sudah masuk kategori ilmiah populer, seperti beberapa tulisan saya di Kompasiana. Kapan harus mengutip? Ya ketika kita memang merujuk ke pikiran orang lain di sebuah buku. Jika itu memang murni pikiran kita ya tidak perlu mengutip. Syaratnya harus betul-betul pikiran kita. (2) Sekarang ini tersedia banyak sumber referensi online.

https://scholar.google.co.id/

https://www.mendeley.com/

https://www.academia.edu/

Di situs itu banyak buku dan artikel yang bisa kita download gratis. Itu mengatasi buku cetak lama

Masih banyak lagi pertanyaan dan pembahasan yang tidka dapat kami tulis disini. Kesemuanya adalah bagaimana memulai menulis dengan sangat mudah.

 

Dari uraian di atas beberapa cara paling efektif agar menulis serasa ngemil, sedikit tapi sering, adalah menulis setiap hari, sedikit tapi konsisten. Tentukan target menulis harian atau daftar pikiran pokok setiap paragraf yang akan kita buat sehingga bisa dibuat buku.  Menulis setiap hari secara konsisten dari kejadian yang kita alami. Untuk menjadi tulisan yang enak dibaca membutuhkan perjuangan, tulisan yang bagus dibentuk dari kebiasaan menulis dan membaca banyak tulisan. Namun tulisan yang bagus bukan target seorang penulis pemula, karena tanpa disadari tulisan kita lama kelamaan akan enak dibaca dan menemukan pembacanya. Terakhir saya ucapkan terimakasih banyak kepada Prof. Dr. Ngainun Naim, M.H.I atas paparan materi dan tips menulis itu mudah, semoga menjadi amal jariyah bagi Prof Naim. Amin. Diiringi do’a semoga kita semua selalu bersemangat untuk menulis setiap hari selama tiga bulan, menghasilkan karya dan bisa menginspirasi orang banyak. Salam Literasi.

 

 

 

Rabu, 25 Januari 2023

Konsisten Menulis di Blog

 


Resume Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 28 Pertemuan Ke-8

Tanggal           : 25 Januari 2023

Tema               : Konsisten Menulis di Blog

Narasumber     : Drs. Dedi Dwitagama, M.Si

Moderator       : Sigid PN, SH


Pada pertemuan kali ini kegiatan agak berbeda dengan biasanya dengan narasumber Bapak Drs Dedi Dwitagama, M.Si dilakukan secara sinkronus melalui aplikasi zoom sehingga antar peserta dan narasumber dapat bertatap maya. Kegiatan tatap maya menimbulkan perasaan senang dan sedih, senang karena bisa bertatap maya dengan peserta yang lain yang selama ini belum pernah melihat wajahnya, sedih karena jika menggunakan aplikasi zoom sinyal tidak mendukung. Alhamdulilalah ada live youtube yang lebih jelas daripada zoom meeting. Materi pertemuan ke-8 ini sangat menarik  yaitu tentang Konsisten Menulis di Blog, ini menjadi pelengkap dari materi “Blog sebagai media pembelajaran” yang sudah tersampaikan sebelumnya.

 

Di awal pertemuan Bapak Dedi menunjukkan bahwa ketika kita menelusuri kata “sandal” akan muncul banyak sekali gambar, tetapi ketika menelusuri salah satu nama teman guru belum tentu kita temukan di laman pencarian sekalipun guru tersebut guru hebat, guru inti, guru pamong, atau guru penggerak. Hal itu terjadi karena mereka tidak meninggalkan jejak di internet atau tidak ada yang menuliskan nama mereka di internet. Maka dari itu pentingnya kita menuliskan hal-hal kecil sekalipun dalam internet. Saat ini sudah banyak platform yang dapat dijadikan media dalam menuangkan gagasan, antara lain berbagai sosial media dan blog pribadi.

Dari data narasumber terdapat sekitar 3,31 juta guru di Indonesia tetapi hanya sedikit yang hebat, diantara sebabnya adalah :

1.   Tidak Produktif

Produktif berarti apa yang kita lakukan mendatangkan atau memberikan hasil dan manfaat. Manfaat menulis pada akhirnya akan menjadi buku, cuan, atau menjadi ahli/ narasumber.

2.   Suka melakukan hal yang minimalis

Guru di Indonesia banyak yang suka melakukan hal yang minimalis saja, misalkan yang penting mengajar, yang penting tepat waktu, yang penting tugas pokok selesai dan cenderung tidak melakukan tugas secara optimal bahkan menerima tantangan.

3.   Terlalu serius

Setelah sekian lama bekerja dan serius mengajar kita terkadang tidak bisa melakukan hal yang lain, kecuali tugas pokok saja.

4.   Tidak punya waktu buat sendiri

Karena terlalu banyak tugas dalam pekerjaan dan karir bahkan sampai kita tidak punya waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Jika suatu saat kita meninggal apakah nama kita sudah tertulis di laman pencarian? Seberapa banyak nama kita muncul di laman pencarian? Karena saat ini produktifitas guru hanya dinilai dari administrasinya, RPP mana silabus mana bahan ajar mana Analisa ketuntasan belajar siswa mana? Bukan pada karya yang permanen dalam internet.

Anda mau menjadi guru yang hebat? Berikut beberapa tips dari Bapak Dedi Dwitagama untuk menjadi guru hebat, yaitu :

1.   Produktif

Produktifitas seseorang terjadi jika dia punya visi, ide, pengembangan, melakukan efisiensi, dan mempunyai motivasi. Tidak sekedar berhenti pada ide tetapi tidak dilakukan.

2.   Percaya diri

Ketika kita produktif maka akan tumbuh kepercayaan ini. Jika kita mempunyai sekolah/ kelas yang bagus akan lebih permanen dokumentasinya ketika kita posting di blog dan kita ceritakan kelebihan sekolah/ kelas atau kejadian tertentu, itu akan bisa di lihat oleh siswa dan akan mengenangnya.

3.   Menjadi penulis

Menjadi penulis buku adalah sarana dalam mengabadikan kejadian yang kita alami, perasaan yang sedang melanda di suatu saat, atau bahkan karya monumenal kita. Namun saat ini buku saja tidak cukup, orang lebih dekat dengan handphone ketimbang dengan buku. Kita bisa mengabadikan momentum yang monumental tersebut dalam bentuk tulisan di blog, grafis yang disertai captian di social media, dan video di youtube atau sejenisnya. Dengan kita menulis di blog, bersosial media, membuat konten di youtube pada saatnya nanti ketika kita konsisten maka kita pun akan mendapatkan penghasilan sampingan, walaupun bukan itu tujuan kita menulis atau membuat konten. Mulailah dari bercerita tentang kejadian di kelas atau di lingkungan sekitar hari itu. Ambil foto dokumentasi dan ceritakanlah posting di internet maka kita sudah meninggalkan jejak di internet, kita bisa membacanya dilain waktu orang lain juga bisa membacanya kapanpun mereka mau.

Jika kita ingin jadi blogger, berikut tips konsisten menulis di blog menurut Bapak Drs. Dedi Dwitagama, M.Si :

1.   Tentukan tujuan atau genre blog

Menentukan tujuan akan membuat kita fokus dalam menulis, tetapi misal kita masih binggung menentukan jenis blog maka kita bebas menulis apa saja yang ada dalam pikiran kita.

2.   Buatlah outline pada permulaan

Menuliskan ide-ide gagasan yang akan kita buat di awal membuat postingan, lama kelaman outline tidak kita perlukan lagi.

3.   Mulai menulis

Memulai menulis tulisan pendek kemudian diupload, tidak perlu berlama-lama mengedit. Langsung publish biarkan komentar pembaca nanti kita tampung.

4.   Ikut komunitas menulis

Sekarang telah banyak komunitas blogger yang bisa diikuti, kunjungi, baca, dan komentari tulisan oranglain dari sanalah ide lain akan muncul.

5.   Fokus perjalanan karir

Mulai dari sesuatu yang paling bisa kita lakukan, lakukan dengan konsisten, misalkan menulis di blog, menulis buku, menggunakan social media. Karena perkembangan social media yang sangat cepat memang lebih baik kita selalu mengikuti perkembangannya, ketika sekarang orang banyak menggunakan Instagram atau tiktok, maka kitapun harus berusaha masuk ke dalamnya.

 

Materi di akhiri dengan quote “mulailah hari-harimu dengan bersyukur dan menulislah.”, Hidup yang bernilai adalah ketika “Dalam setiap kesempatan yang ada, kita bisa mendedikasikan diri, untuk selalu melakukan yang terbaik, bagi diri sendiri dan bagi orang lain”, “Taka ada keringat yang percuma”.


 


Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Kali ini peserta langsung mengajukan pertanyaan kepada narasumber, diantaranya : 

 

P1

Apakah kekurangan dari kita menulis di Kompasiana dan kekurangan menulis di Blogspot.com/ Wordpress.com?

Jawab :

Kekurangan ketika menulis di Kompasiana.com adalah jika Kompasiana.com bangkrut maka tulisan kita akan hilang selama-lamanya. Untuk itu jika kita menulis tulislah di Kompasiana.com kemudian copas ke blog pribadi dengan mengganti foto dan judulnya, karena Kompasiana.com menggunakan Turnitin kompasiana tidak akan menerbitkan tulisan yang sudah diterbitkan.

P2

Heri

Apa yang disampaikan Pak Dedi tadi terkait tentang kita harus keluar dari zona nyaman kalau bahasa anak zaman sekarang itu. Kalau guru lain hanya mengajar terus sedangkan kegiatan kita tidak tambah menulis,bahkan kita lakukan kegiatan menulis sampai malam seperti ini. Ketika teman-teman tuh banyak yang tanya dia bilang gini nggak ada kerjaan lagi aja pekerjaan rutin saja sudah banyak dan sebagainya. Nah yang jadi pertanyaan bagaimana ketika kita menghadapi teman-teman guru yang seperti ini gitu?

Jawab :

Dengan kita menulis akan banyak sekali pengalaman yang kita dapatkan. Kita bisa mengenal lebih banyak orang atau networking. Semua orang selalu mengukur dengan administrasi RPP-Silabus, itu dikerjakan dengan fokus selama beberapa hari kemudian sisa waktu kita bisa kita gunakan untuk menulis. Saya yakin tidak ada kegiatan yang kita lakukan itu percuma.

 

P3

Tadi Bapak bilang ketika kita banyak kegiatan kita harus baik dengan atasan ngajar, maksudnya  bagaimana? Kemudian ketika kita menjalankan reportase editorial yang menggambarkan sesuatu yang terjadi atau yang sedang viral tetapi kita tidak sempat posting teman-teman memberi komentar nanti tidak uptodate lagi, bagaimana mengatasinya?

Jawab :

Kita tunjukkan karya kita, mengkomunikasikan kegiatan kita kepada atasan dengan tidak meninggalkan tugas pokok kita, semua akan terkondisikan. Agar kita uptodate dengan suatu kegiatan kita bisa siasati dengan mendapatkan proposal kegiatan lebih dahulu dari panitia pelaksanaan sehingga ketika kegiatan berlangsung maka reportase kita sudah siap diposting. Salah satu model penulisan yang saya lakukan bukan tentang hal-hal yang sedang trend sekarang apa tetapi saya berbicara tentang apa yang saya suka karena bisa saja sekarang itu tidak sedang tren tetapi  10 tahun itu yang sedang trend.  Jadi tulis saja apa yang ingin kita tulis tidak perlu berpikir apakah itu akan menjadi tren atau tidak.

Senin, 23 Januari 2023

Mengatasi Kebuntuan Dalam Menulis

 


Resume Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 28 Pertemuan Ke-7

Tanggal           : 23 Januari 2023

Tema               : Mengatasi Writer’s Block

Narasumber     : Ditta Widya Utami, S.Pd.,Gr

Moderator       : Raliyanti, S.Sos., M.Pd


 


Sudah hampir jam 22.00 WIB tapi jari ini belum juga mulai menulis. Pikiran ini masih disibukkan oleh beres-beres rumah yang dua hari ini ditinggal mudik dan anggan-anggan akan agenda sepekan ke depan. Sedari sore buka WAG hanya sekilas saja. Setelah melihat flyer, terbesit kata “wah materi pertemuan ke-7 ini sangat menarik dan pasti akan sangat heboh”, yaitu tentang Mengatasi Writer’s Block masalah yang pasti dialami oleh penulis terutama penulis pemula.

Yah kegiatan Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombangg ke-28 pada pertemuan ke-7 kali ini mengangkat tema “Mengatasi Writer’s Block”. Materi disampaikan oleh Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr. Seorang guru IPA di SMP N 1 Cipenundeuy dengan segudang prestasi yang pernah diraih, karya tulisnya yang sangat banyak, dan pengalaman organisasinya yang luar biasa. Profil lengkapnya bisa dilihat pada laman https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1 beliau juga merupakan peserta KBMN gelombang 7. Kegemarannya menulis memang sudah dimulai sejak kecil bahkan sebelum SD, menulis buku dairy. Ketika SMP sering mengirimkan tulisan ke mading sekolah, menulis cerita, dan menulis dairy dalam Bahasa Inggris. Saat SMA pun kegiatan menulisnya tidak berhenti malah semakin banyak. Kebiasaan menulis bagi beliau memberikan manfaat sewaktu di bangku kuliah dan menghantarkannya menjadi juara pada Lomba Kreativitas Mahasiswa. Karena kebiasaan menulis jugalah yang menghantarkan Ibu Ditta lolos dalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 dan menjadi Pengajar Praktik Angkatan 6.

Kegiatan beliau dalam menulis dan penulis pada umumnya tidak terlepas dari serangan virus WB atau Writer’S Block. WB adalah kondisi dimana seorang penulis mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika. Pada umumnya WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi semua penulis bahkan penulis professional sekalipun. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, Cara mengatasi Writer’s Block menurut Ibu Ditta, antara lain :

1.   Mencoba metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Writer’s Block akan menjadi penyebab misalkan ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.

2.   Stress

Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik. Untuk mengatasinya bisa dengan mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan atau sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing.

3.   Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress.

Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata. Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.

4.   Terlalu perfeksionis.

Bila saat itu saya terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung. Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas. Nah, jadi siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masih banyak kekhawatiran lainnya.

 

Sesi tanya jawab kali ini para peserta sangat antusias sekali bahkan ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat dibahas karena keterbatasan waktu. Saya tampilkan beberapa pertanyaan yang say caption, antara lain:

P2

Mugiarni dari Kabupaten Tangerang

Salam kenal bu. almarhum suami saya juga dari Subang. ( Kalijati)

Pertanyaan

1. Bagaimana cara memulai untuk memperkenalkan budaya digital pada anak SD.

2. Mengingat sekolah tempat saya mengajar bukan kategori lingkungan yang baik. Orang tua murid cenderung mengatur guru, sementara dg kondisi mereka yang berpengetahuan level bawah ? Terimakasih

 

Untuk menjawab pertanyaan pertama, artikel yang pernah saya buat mungkin bisa sedikit menambah wawasan kita terkait Budaya Digital, yaitu https://www.kompasiana.com/amp/ditta13718/62f536faa51c6f7f06629172/literasi-digital-kemkominfo-bagian-1-literasi-dan-budaya-digital. Tulisan tersebut saya buat setelah mengikuti mengikuti Literasi Digital Sektor Pemerintahan Daerah Jawa Barat Tahun 2022 (BPSDM) Batch 5 Bertema Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Pemberdayaan Kapasitas Teknologi Digital Kementerian Kominfo. Selanjutnya bisa juga membaca Bagian Kedua tentang Etika Digital: https://www.kompasiana.com/ditta13718/62f53edba51c6f0496200b63/literasi-digital-kemkominfo-bagian-2-etika-digital. Untuk yang nomor dua, saya jadi teringat dengan pengalaman salah satu Guru Penggerak di Angkatan 3. Beliau juga kurang lebih mengalami hal yang sama. Salah satu kuncinya ada di komunikasi. GP saya menemui tokoh dari kelompok yang anti terhadap sekolah. Tidak sekedar tatap muka di sekolah, GP saya bahkan datang langsung ke rumah beliau. Alhamdulillah hasilnya positif, malah tokoh tersebut jadi curhat terkait hal-hal yang membuatnya anti pada sekolah.

 P3

Assalamu'alaikum

Indah - Banjarnegara

Bagaimana cara mengatasi WB saat kita mengikuti 3 pelatihan sekaligus,, seperti yang saya alami saat ini, saya mengikuti pelatihan KBMN 28, tapi juga minat dengan tantangan Prof. Ekoji, dan juga program dari pak Dail...semuanya hanya membutuhkan waktu singkat, kadang kalo digunakan untuk membaca-baca seperti ada waktu yang hilang, mohon pencerahannya agar semuanya dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan

Wa 'alaikum salam Bu Indah 🥰

Setengah dari pertanyaan adalah jawaban. Saya yakin sebetulnya Bu Indah sudah tau jawaban cara mengatasi WB yang berkaitan dengan waktu. 😊Kalau saya di posisi Ibu, saya akan membuat skala prioritas dan jadwal menulis. Insya Allah ketiga-tiganya akan bisa dijalani dengan baik asal kita istiqomah dengan jadwal yang telah kita tetapkan. Cari dan kenali waktu emas Bu Indah dalam menulis (karena tiap orang bisa berbeda). Apakah Bu Indah senang menulis di kala subuh? Sebelum tidur? Saat jeda istirahat? Menulislah di waktu terbaik tersebut 😊

Dari uraian di atas beberapa alternatif mengatasi Writer’s Block harus kita lakukan agar kebuntuan dalam menulis segera teratasi dan tidak berlarut-larut. Ingat, menulis itu cara mencurahkan hati meringankan pikiran, dengan menulis bebas maka kegundahan kita tersalurkan. Dan menulislah setiap hari secara konsisten, dari kejadian yang terjadi seharian, rangkuman dari apa yang kita baca, kita dengar, kita lihat semua bisa jadi tulisan. Atau paling tidak kita sudah punya jadwal untuk menulis secara teratur. Dengan target yang jelas maka hasrat kita untuk menulis akan selalu berkobar. Terakhir, saya ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr atas paparan materi dan tips dalam mengatasi kebuntuan dalam menulis, semoga menjadi amal jariyah Ibu Ditta. Amin. Diiringi do’a semoga kita semua selalu bersemangat untuk selalu menulis, berkarya dan bisa menginspirasi orang banyak. Salam Literasi.