Jumat, 03 Februari 2023

Proofreading Dulu, Publish Tulisan Kemudian

 

Resume Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 28 Pertemuan Ke-12

Tanggal           : 3 Februari 2023

Tema               : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber     : Susanto, S.Pd

Moderator       : Helwiyah,S.Pd, M.M


Pernah membaca tulisan yang salah ejaan dan typo pengetikannya? Bagaimana rasanya? Sebagai seorang pembaca mungkin kita tidak nyaman dan seperti tersandung ketika membacanya, membuat tidak nyaman dipandang mata. Jika kita di posisi penulisnya, apa yang harus kita lakukan sebelum  tulisan dipublish? Ya jelas kita baca ulang tulisan kita sebelum dipublish atau meminta seseorang untuk membaca tulisan kita tersebut. Kegiatan itu yang dinamakan proofreading. Pada kegiatan Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombangg ke-28 pertemuan ke-12 kali ini mengambil tema "Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan”. Materi disampaikan oleh Pak Susanto, S.Pd atau lebih akrab dipanggil Pak De seorang guru kelas di SDN Mardiharjo Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Beliau juga merupakan alumni BM 15 yang telah memiliki  buku solo berjudul “Berani Menulis Dalam 20 Hari” merupakan kumpulan resume kegiatan BM 15.


Pada awal pemaparan materi Pak De membagikan hasil resume materi proofreading dari salah satu peserta BM 27 yang sangat keren untuk dijadikan rujukan. Menurut laman uptbahasa.untan.ac.id, proofreading adalah proses peninjauan kembali sebuah teks dilihat dari aspek kebahasaan dan penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan, kesalahan grammar, atau kesalahan-kesalahan mendasar lainnya. Proofreading sangat berguna untuk meminimalisir kesalahan pada saat kita menulis di suatu media yang akan kita publikasikan atau kita cetak dalam bentuk buku.


Sebelum melakukan proofreading, maka sebaiknya kita melakukan swasunting, yaitu :

1.   Endapkan tulisan beberapa waktu

Setelah selesai menulis jangan langsung dipublish, tetapi biarkan dulu beberapa jam atau beberapa menit, kemudian dibaca ulang.

2.   Meminta teman membaca tulisan kita

Kita bisa minta tolomg kepada teman, suami/ istri atau anak untuk membaca tulisan kita untuk mendapatkan prespektif dari orang lain.

3.   Meminta seorang proofreader

Selain minta tolong teman kita juga bisa meminta seorang proofreader untuk membaca tulisan kita terutama untuk tulisan ilmiah atau tulisan yang akan diterbitkan di jurnal, namun jika kita minta tolong seorang proofreader maka kita harus memberikan biaya jasa kepadanya.

4.   Menggunakan aplikasi Editing Tools

Kita bisa menggunakan Google Docs untuk mengecek ejaan serta tulisan.


Setelah kita melakukan swasunting selanjutnya adalah proses proofreading, yang bisa kita lakukan sendiri maupun dengan bantuan proofreader. Proofreading merupakan tahap terakhir dalam proses editorial dan tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan yang terlewatkan oleh penulis, editor, dan perancang buku atau formatter. Menurut Pak De, tips mudah dalam melakukan proofreading sebelum menerbitkan tulisan adalah :

1.      Perhatikan detail

Proofreading adalah jenis membaca yag berbeda, kita harus membaca setiap huruf, setiap tanda baca, dan setiap spasi.

2.      Membaca dengan lantang

Mendengar kata-kata akan membantu kita mendengarkan kesalahan yang tidak dilihat oleh mata.

3.      Baca perlahan

Tulisan nonfiksi yang padat dan bersifat teknis, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengoreksi daripada yang lain.

4.      Beristirahat dan berbaik hati pada diri sendiri

Proofreading membutuhkan fokus yang intens, dan sulit untuk mempertahankan fokus dalam jangka waktu yang lama.

 

Alat yang dapat digunakan untuk membantu kita melakukan proofreading adalah KBBI dan PUEBI yang sejak 16 Agustus 2022 diganti dengan EYD. Ketetapan itu merujuk pada Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Sedangkan untuk aturan penggunaan tanda baca, dapat dilihat pada laman:  https://ejaan.kemdikbud.go.id/  berdampingan dengan KBBI untuk melakukan proofreading tulisan kita. 

Di akhir sesi pemaparan, Pak De memberikan tantangan kepada peserta untuk mengoreksi sebuah paragraf dan mengirimkan tulisan yang lebih efektif dan benar kepada beliau. Selanjutnya beliau akan memberikan hadiah padatulisan yang terbaik. Setelah sesi materi kegiatan kali ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Ada 13 pertanyaan yang dijawab oleh narasumber, beberapa diantaranya adalah :


P2

Imro'atus Sholihah _ Jombang Jatim

Selama ini mungkin kita lebih akrab dengan kata editing. Apa perbedaannya dengan Proofreading?

Kemudian lebih penting mana antara editing atau proofreading? Setahu saya di sebuah buku yang dituliskan adalah editor bukan Proofreader. Berikutnya Ada tulisan ilmiah dan non-ilmiah, ada fiksi dan non-fiksi Bagaimana melakukan proofreading terhadap tulisan tersebut yang tentunya berbeda?

Jawab

Benar di buku yang ditulis adalah Editor, bukan proofreader. Tentu dengan alasan ya, Bu. Saya kutip dari laman uptbahasa.untan.ac.id  Proofreading adalah proses peninjauan kembali sebuah teks dilihat dari aspek kebahasaan dan penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan, kesalahan grammar, atau kesalaha-kesalahan mendasar lainnya.

Editing, orangnya disebut editor, memeriksa lebih dari itu. Untuk penerbit Mayor, semoga saya tidak salah, Editor menyesuaikan dengan misi perusahaan penerbitan, standar tulisan. Proofreader  melakukan uji baca pada ttulisan. kembali mengutip laman uptbahasa.untan.ac.id  >> dibeberapa jurnal, mereka mewajibkan para penulis untuk mem-proofread artikel mereka terlebih dahulu sebelum dikirim ke editor .Buku nonfiksi yang padat dan bersifat teknis, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengoreksi daripada yang lain (fiksi). Namun, pada fiksi yang sarat dengan dialog tentu ada aturan-aturan bagaimana menulis dialog dengan tanda baca yang benar. Ini ada dalam buku yang hendak saya jadikan GA.

 

P3

Bunda Ewi, mohon izin bertanya Salah satu "tugas" Proofreading adalah memastikan tulisan itu "bisa diterima logika dan dipahami". Permasalahannya, jika kita melakukan proofreading atas tulisan kita sendiri, pastinya kita merasa semua sudah logis dan dapat difahami. Bagaimana menyiasati permasalahan ini? Toto - Kota Bekasi

Jawab

Untuk Pak Toto. Permasalahannya, jika kita melakukan proofreading atas tulisan kita sendiri, pastinya kita merasa semua sudah logis dan dapat difahami. Tidak akan terjadi, jika tulisan di-ENDAPKAN dahulu.  Jika cara itu juga kita merasa seperti itu (semoga bukan karena egois ya he he he, berikan kepada orang lain, meminta orang lain untuk membaca). Analoginya, pemain bola akan fokus dan merasa sudah benar menggiring serta menendang ke arah yang benar. Nyatanya, penonton di tribun kayak lebih tahu harus ke mana tuh bola ditendang

Pada akhir kegiatan Pak De menuliskan sebuah pantun penyemangat untuk peserta BM 28,

Berbaris-baris dahulu,

memanjat dinding kemudian,

nulis-nulis saja dahulu,

lakukan proofreading belakangan.

 

Dari uraian di atas kita memahami pentingnya proofreading sebelum menerbitkan tulisan. Dari langkah sederhana membaca ulang tulisan kita setelah diendapkan beberapa saat hingga kita meminta jasa proofreader untuk mengoreksi tulisan kita. Akhirnya saya ucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Susanto, S.Pd atas paparan materi dan tips melakukan proofreading dengan mudah, semoga menjadi amal jariyah bagi Pak De. Amin. Diiringi do’a semoga hajat Pak De untuk menikahkan putra putrinya berjalan lancar dan kelak menjadi keluarga yang Sakinah mawadah warohmah. Tak lupa kita berdo’a semoga kita semua selalu bersemangat untuk menulis setiap hari dan merasakan keajaiban yang akan datang, selalu menghasilkan karya, dan bisa menginspirasi orang banyak. Salam Literasi.

 

 

2 komentar: